Bismillah. Alhamdulillah. Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

اللهم إني اسئلك رضاك والجنة واعوذ بك من سختك والنار برحمتك ياارحم الراحمين

Allahumma, Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu ridlo-Mu dan surga-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan siksa api neraka, dengan luasnya rahmat-Mu wahai Dzat Yang sebaik-baiknya Pemberi kasih sayang. Aamiin.

Al-Qur’an surah Āli ‘Imrān ayat 15

۞ قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ

Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.

TAFSIR TAHLILI
(15) Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terdorong untuk berbuat kebaikan. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya, apakah mereka suka diberitahu tentang hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.
Pengertian “yang lebih baik” adalah balasan yang akan diperoleh oleh orang yang bertakwa, yang dapat dibagi kepada dua macam nikmat, yaitu:
1. Bersifat jasmani, nikmat berupa keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, antara lain pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat dan kelemahan, seperti yang terdapat pada manusia di dunia, baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.
2. Bersifat kerohanian, rida Allah yang tidak bercampur sedikit pun dengan kemurkaan-Nya, dan inilah sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.;Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ الله َعَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ ِلاَهْلِ الْجَنَّةِ: يَا اَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُوْنَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُوْلُ: هَلْ رَضِيْتُمْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَالَمْ تُعْطِ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ؟ فَيَقُوْلُ: اَنَا اُعْطِيْكُمْ اَفْضَلَ مِنْ ذٰلِكَ. قَالُوْا: يَا رَبَّنَا وَ اَيُّ شَيْءٍ اَفْضَلُ مِنْ ذٰلِكَ؟ فَيَقُوْلُ: اُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ اَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ اَبَداً (رواه البخاري ومسلم عن أبي سعيد الخدري)

Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga, “Hai, penghuni surga,” mereka manjawab, ”Labbaika Rabbana Wasa‘daika.” Berkata Allah, “Sudah puaskah kamu sekalian?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang dari makhluk-Mu”. Maka Allah berfirman, ”Aku akan memberikan kepada kamu yang lebih baik daripada itu?” Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami! Apakah yang lebih daripada itu? Maka Allah menjawab, “Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan-Ku. Lalu Aku tidak akan marah kepadamu selama-lamanya”. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari Ab³ Sa‘id al-Khudri).;Penghuni surga itu mempunyai tingkatan seperti keadaan di dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat memahami pentingnya rida Ilahi, padahal rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriah seperti yang mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi dan sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengharapkan keridaan Allah serta menjadikannya sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.
Allah Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas segala perbuatan manusia menurut derajat takwanya masing-masing.

Al-Qur’an surah Āli ‘Imrān ayat 16

اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ

(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.”

TAFSIR TAHLILI
(16) Sifat-sifat orang yang bertakwa yaitu orang yang hatinya sudah merasakan nikmatnya iman, orang yang bergetar lidahnya mengucapkan pengakuan iman ini ketika berdoa dan beribadah. Mereka memelihara diri dari berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dengan khusyuk serta memohon kepada-Nya, “Wahai Tuhan kami, kami benar-benar telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan kepada Rasulullah dengan iman yang meresap ke dalam lubuk hati kami, yang membimbing akal pikiran kami, dan menguasai pekerjaan-pekerjaan badaniah kami. Maka wahai Tuhan kami, hapuslah dosa-dosa kami dengan ampunan-Mu dan jauhkanlah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Doa agar terhindar dari azab neraka dikhususkan, karena orang yang dibebaskan dari azab neraka berarti telah mendapat kemenangan dan tempat kembali yang terbaik. Yang dimaksud dengan iman dalam pengakuan orang-orang yang bertakwa ini ialah iman yang murni, yang terwujud pada kemampuan memelihara diri daripada kemaksiatan, serta banyak berbuat kebajikan.
Ulama salaf telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan iman itu meliputi iktikad, ucapan dan perbuatan. Iman inilah yang memberi bimbingan kepada akal dan perbuatan manusia yang sesuai dengan fitrahnya.

Al-Qur’an surah Āli ‘Imrān ayat 17

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ

(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.

TAFSIR TAHLILI
(17) Pada ayat ini disebutkan sifat-sifat orang beriman yang membedakan mereka dari yang lain. Dengan sifat tersebut mereka mendapatkan keridaan Allah swt. Semua sifat tersebut mereka miliki, dan masing-masing sifat itu mempunyai tingkatan keutamaan, berkat sifat-sifat itu mereka memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sifat-sifat tersebut ialah:
1. Sabar. Sabar yang paling sempurna, ialah sabar dan tabah menderita di dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan Allah. Apabila gelora syahwat sudah bergejolak, dan jiwa pun sudah tunduk untuk melakukan kemaksiatan maka kesabaranlah yang akan membendungnya. Sifat sabar pulalah yang menetapkan (mengokohkan) iman dan memelihara ketaatan pada batas-batas yang telah ditetapkan syariat (hukum agama). Sabarlah yang dapat memelihara martabat manusia di waktu mendapat kesulitan di dunia, dan memelihara hak-hak orang dari gangguan tangan orang yang rakus. Sifat sabar merupakan syarat bagi tercapainya sifat-sifat jujur, taat, dan istigfar.
2. Bersifat benar. Benar adalah puncak kesempurnaan. Benar dan jujur dalam iman, perkataan dan niat.
3. Taat. Taat ialah ketekunan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan tunduk dan khusyuk kepada Allah. Tunduk dan khusyuk adalah jiwa dan intisari ibadah. Tanpa tunduk dan khusyuk ibadah menjadi hampa, bagaikan pohon tiada berbuah.
4. Membelanjakan harta di jalan Allah, baik yang bersifat wajib, maupun yang sunah, karena mengeluarkan harta untuk amal kebajikan sangat ditekankan dan dianjurkan oleh agama.
5. Beristigfar pada waktu sahur, yaitu waktu sebelum fajar menyingsing dekat subuh. Maksudnya salat tahajud di akhir malam, yaitu waktu tidur paling enak dan sukar untuk meninggalkannya. Tetapi jiwa dan hati pada waktu itu sangat bening dan tenang. Salat ini diikuti dengan bacaan istigfar dan doa. Terdapat di dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim, dan dalam kitab-kitab musnad serta sunan, riwayat dari sejumlah sahabat.; Rasulullah berkata:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلاٰخِرِ. يَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (رواه البخاري ومسلم)

‘Tuhan kita Yang Mahasuci dan Mahatinggi, turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga akhir malam. Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim); Adapun istigfar (minta ampun) yang dimaksud oleh agama ialah istigfar yang disertai tobat nasuha, serta menyesuaikan perbuatan dengan ketentuan agama. Tobat nasuha adalah tobat dengan benar-benar menghentikan perbuatan dosa dan tidak mengulangi lagi, serta berusaha menggantinya dengan perbuatan yang baik.

Al-Qur’an surah Ar-Raḥmān ayat 56

فِيْهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِۙ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.

TAFSIR TAHLILI
(56) Dalam ayat ini diterangkan bahwa di dalam surga ada bidadari-bidadari sopan yang menundukkan pandangannya, tidak mau memandang orang lain selain suaminya; tak akan ada manusia lebih baik dari mereka. Mereka masih gadis, perawan yang tidak pernah disentuh oleh manusia atau pun jin, sebelum penghuni-penghuni surga yang masuk ke dalamnya menjadi suami mereka. Kalau demikian, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

والله المستعان واعلم
اللهم ارحمنا بالقران العظيم

I’dad: Ismail SM
Sumber: Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI.