Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidiya Muhammad.

Secara bahasa kata sabar berasal dari bahasa arab, صبرا – صبر yang berarti bersabar, tabah hati, berani. Dalam bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu. Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Selain itu, ia menjelaskan bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh seperti sabar dalam menunaikan ibadah haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula, sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya. Kedua, sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan semisal sabar dalam menahan marah, atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya dan menahan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya.

Sabar dalam Al-Qur’an mengandung unsur perbuatan. Artinya, sabar adalah suatu sikap yang mendorong kepada perbuatan dan pelaksanaan perbuatan dengan baik. Bagi orang mukmin sikap dan perilaku sabar menjadi spirit dan motivasi dalam beramal. Hal ini bisa diukur dengan rentang waktu yang dipergunakan untuk ketahanan diri dan ketabahan dalam menghadapi berbagi kesulitan dan musibah.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa sabar merupakan suatu sikap dan perilaku yang sangat agung dan mulia dalam pandangan Islam. Menurut Abu Hamid al-Ghazali, kata sabar disebut lebih dari 70 kali/ tempat dalam Al-Qur’an.

Dalam pembahasan yang lalu, sudah diuraikan kajian Tafsir Al-Quran tentang sabar. Yaitu QS. Al-Baqarah ayat 155 – 157;  QS. Thaha ayat 132; QS. Al-Baqarah ayat 153; QS. Al-Baqarah ayat 45; QS. Al-Baqarah ayat 249; Q.S. Al-Anfaal ayat 46; QS. An-Nahl ayat 96; QS. Az-Zumar ayat 10; QS. Ali Imran ayat 146; QS. Ali Imran ayat 200; QS. Arra’du ayat 22; QS. Hud ayat 49; QS.  Al-Ahzab ayat 135; QS. Al-Asr ayat 2-3 dan seterusnya.

Berikut ini kajian dalil beberapa Hadits Nabi Muhammad Saw terkait dengan kemuliaan dan keutamaan sikap dan perilaku sabar bagi orang mukmin.

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

Artinya:

“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya:

“Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) daripada (sifat) sabar.” (HR Al Bukhari).

 

وَعَنْ أبي هَرَيرَةَ رَضي اللَّه عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ : « يَقولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي المُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبهُ إِلاَّ الجَنَّة » رواه البخاري

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada balasan bagi seorang hambaKu yang mu’min di sisiKu, di waktu Aku mengambil -mematikan- kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga.” (HR Al Bukhari)

 

وعَنْ عائشَةَ رضي اللَّهُ عنها أنَهَا سَأَلَتْ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَن الطَّاعونِ ، فَأَخبَرَهَا أَنَهُ كَانَ عَذَاباً يَبْعَثُهُ اللَّه تعالى عَلَى منْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ تعالَى رحْمةً للْمُؤْمنِينَ ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ في الطَّاعُون فَيَمْكُثُ في بلَدِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ » رواه البخاري

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam perihal penyakit taun, lalu beliau memberitahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta’ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta’ala kepada kaum mu’minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid.” (HR Al Bukhari)

 

وعَنْ أَنسٍ رضي اللَّه عنه قال : سَمِعْتُ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « إنَّ اللَّه عَزَّ وجَلَّ قَالَ : إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبدِي بحبيبتَيْهِ فَصبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجنَّةَ » يُريدُ عينيْه ، رواه البخاريُّ

Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla berfirman: “Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya -yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga karena kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu.” (HR Al Bukhari).

 

وَعنْ أَبي سَعيدٍ وأَبي هُرَيْرة رضي اللَّه عَنْهُمَا عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : «مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَن وَلاَ أَذًى وَلاَ غمٍّ ، حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها إِلاَّ كفَّر اللَّه بهَا مِنْ خطَايَاه » متفقٌ عليه .

Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: “Tidak suatupun yang mengenai seorang muslim -sebagai musibah- baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti yakni sesuatu yang tidak sesuai kehendak hatinya, ataupun kesedihan -segala macam dan segala waktunya, hingga sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menghapus kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya, yakni sesuai dengan musibah yang menimpanya itu.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

وعن ابْن مسْعُود رضي اللَّه عنه قَالَ : دَخلْتُ عَلى النَبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُو يُوعَكُ فَقُلْتُ يا رسُولَ اللَّه إِنَّكَ تُوعكُ وَعْكاً شَدِيداً قال : « أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلانِ مِنْكُم» قُلْتُ : ذلك أَنَّ لَكَ أَجْريْن ؟ قال : « أَجَلْ ذَلك كَذَلك مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى ، شوْكَةٌ فَمَا فوْقَهَا إلاَّ كَفَّر اللَّه بهَا سيئاته ، وَحطَّتْ عنْهُ ذُنُوبُهُ كَمَا تَحُطُّ الشَّجرةُ وَرقَهَا » متفقٌ عليه.

Dari Ibnu Mas’ud RA., katanya: Saya memasuki tempat Nabi Saw. dan beliau sedang menderita penyakit panas. Saya lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat.” Beliau kemudian bersabda: “Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu.” Saya berkata lagi: “Kalau demikian Tuan tentu mendapatkan dua kali pahala.” Beliau bersabda: “Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslim pun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allah pasti menghapus kesalahannya dengan sebab musibah yang mengenainya tadi dan digugurkan dosa-dosanya seperti sebuah pohon menggugurkan daunnya -dan ini jika disertai kesabaran.”

 

وعنْ أَبي هُرَيرة رضيَ اللَّهُ عنه قال : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ » : رواه البخاري

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa oleh Allah dikehendaki memperoleh kebaikan, maka Allah akan menguji dengan musibah padanya, baik yang mengenai tubuhnya, hartanya maupun apa yang dicintainya.” (HR Al Bukhari).

Dari kajian tentang sabar ini, dapat diambil hikmah sikap dan perilaku sabar sangat mulia di sisi Allah SWT bagi orang mukmin, antara lain:

  1. Meraih akhir yang baik
  2. Meraih keberuntungan dan tidak termasuk orang merugi
  3. Disukai Allah SWT
  4. Diberi petunjuk Allah SWT
  5. Meraih penghapusan dosa bagi mukmin yang sabar menghadapi berbagai musibah/ penderitaan.
  6. Meraih pahala yang tidak terbatas dari Allah SWT.
  7. Meraih martabat yang tinggi di surga

 

Wallahu al-musta’an wa a’alam.

Allahummar-hamna bi Al-Qur’an.

I’dad: Ismail SM

Sumber: disarikan dari berbagai sumber.