Semarang Indonesia— Masih dalam gelaran agenda “Sains dan Quran” yang dilaksanakan sebagai program rutin yang diadakan pada bulan Ramadan, Senin (10/5) keluarga besar FST menyelenggarakan acara pengajian yang diintegrasikan dengan sains. Pada kesempatan kali ini jurusan kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang menjadi penyaji. Materi yang disampaikan adalah mengenai Al Quran dan hubungannya dengan besi sebagai salah satu logam yang dipelajari karakteristiknya di jurusan kimia. Adapun susunan acara pada siang hari itu adalah sebagai berikut: (1) pembukaan, (2) penyampaian materi, (3) tanya jawab, dan (4) penutup.
Pembicara pada seri diskusi kali ini adalah Muhammad Zammi, M.Pd., dosen program studi pendidikan kimia. Materi yang disampaikan oleh pemateri berjudul Besi Perspektif Wahyu dan Sains. Acara yang dipandu secara apik oleh Listyoningrum, M.Pd., dosen program studi pendidikan kimia, dikemas dengan santai tetapi tidak meninggalkan makna yang terkandung dalam setiap paparan materi dari penyaji.
Dalam materinya, pembicara menyampaikan bahwa Allah menciptakan manusia dengan tiga tujuan yaitu sebagai: (1) hamba Allah (‘Abdun, Q.S. Adz Dzariyat ayat 56 dan Q.S. Al Baqarah: 21); (2) Khalifah fil ‘Ardh (Q.S Al Baqoroh: 30), khalifah adalah pengganti Allah yang mengatur urusan-Nya di tengah-tengah kehidupan manusia; dan (3) memikul amanah (Q.S. Al Ahzab: 72), Allah SWT memberikan amanah kepada manusia, yaitu untuk menerima dan menjalankannya dengan segala kekurangan yang ia miliki. Selanjutnya dalam kajian integrasi Quran dan Sains, penyaji menyampaikan bahwa kata besi dalam Al Quran disebutkan sebanyak sembilan kali dalam enam ayat yang berbeda. Dalam ilmu kimia besi atau Fe memiliki delapan isotop dengan hanya empat saja yang stabil yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58. Menariknya bukanlah suatu kebetulan jika dalam Q.S. Al Hadid yang berarti besi merupakan surat ke-57 dalam Al Quran, dan 57 adalah salah satu isotop besi sedangkan jika dihitung dari surah akhir Al Quran merupakan surah ke-58 yang juga merupakan salah satu isotop besi lainnya, yaitu 58.
Besi merupakan logam yang luar biasa kuat tetapi ternyata memiliki kelemahan yaitu mudah berkarat. Analogi semacam ini menunjukkan bahwa makhluk sehebat apapun itu pasti memiliki kelemahan. Sebaik-baiknya manusia tetap memiliki celah kekurangan. Sama halnya dengan besi, yang meskipun kuat tetapi memiliki kekurangan yaitu korosi. Adapun solusi atau upaya pencegahan korosi menunjukkan bahwa manusia diberikan kemampuan dan kelebihan di atas makhluk lain, yaitu: (1) dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (Q.S. 17: 70); (2) diberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani (Q.S. An Nahl: 78); serta (3) diberikan akal untuk berpikir (Q.S. Ar Rum: 80).
Materi mengenai besi dan Al Quran ini sangat menarik. Beberapa pertanyaan disampaikan dari beberapa kalangan dosen dan pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan baik oleh pemateri. Di penghujung acara moderator menyampaikan bahwa hikmah kajian ini adalah mengetahui bahwa selalu ada kekurangan dari setiap kelebihan makhluk Allah. Sebagaimana besi dengan kekuatannya yang luar biasa ternyata terdapat kekurangan yaitu korosi. Jadi, pada dasarnya semua orang memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, jangan fokus pada kelemahan tetapi lakukanlah yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan. Kemudian, tidak lupa pemantik menyampaikan harapannya agar ke depan agenda semacam ini dilaksanakan kembali dalam upaya mencetak ilmuan yang Islami. (Humas FST)