Semarang Indonesia— Berlomba-lomba dalam kebaikan di bulan suci Ramadan adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu, pada Ramadan tahun 2021 ini keluarga besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST), UIN Walisongo Semarang, menyelenggarakan  serangkaian agenda dalam upaya mengharap rida Allah serta dalam memperbaiki kualitas diri. Kajian setiap Kamis di FST adalah salah satu agenda yang ditetapkan.

Setiap hari Kamis di bulan Ramadan ini FST menggelar pengajian yang diintegrasikan dengan bidang sains. Setiap program studi yang bernaung di bawah FST membawakan tema-tema yang menarik dan menjadi benang merah antara ajaran Islam dengan fisika, biologi, kimia, dan matematika. Pada kesempatan kali ini Kamis (6/5) pembicara dari tim pengajar di jurusan matematika menyampaikan materi yang luar biasa dan bermakna yaitu bertajuk Matematika dalam Mengembangkan Karakter Religus. Materi tersebut disampaikan oleh Aini Fitriyah, M.Sc. dengan pemantik Mohamad Tafrikan, M.Si.

Kajian yang digelar secara daring ini tidak menyurutkan langkah peserta pengajian untuk tholabul ilmi dan saling berbagi meskipun di tengah kesibukan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Materi yang dibawakan dengan nuansa santai oleh penyaji ini tidak mengurangi esensi kajian. Dalam materi tersebut disampaikan banyak sekali nilai-nilai yang didapat, di antaranya bahwa matematika memiliki beberapa karakter, yaitu: (1) berpola pikir deduktif; (2) memiliki kajian objek abstrak; (3) bertumpu pada kesepakatan; (4) memiliki simbol yang kosong dari arti; (5) memperhatikan semesta pembicara; dan (6) konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan karakteristik tersebut diambil satu ciri dalam mengembangkan karakter religius yaitu bertumpu pada kesepakatan

Dalam paparan kajiannya, Aini Fitriyah, M.Sc. menyampaikan bahwa pada dasarnya matematika memiliki garis singgung dalam upaya pengembangan karakter religius. Hal ini karena matematika tidak hanya dapat diambil segi karakter religiusnya dari penerapan soal, misalnya untuk menghitung derajat arah kiblat, tetapi juga dapat disarikan dari proses pembelajarannya dengan menyisipi nilai-nilai pendidikan karakter religius. Memang tidak semua materi dapat dengan serta-merta digunakan untuk menyisipkan karakter religius tetapi setidaknya ada kesempatan bagi pengajar untuk menanamkan karakter tersebut tergantung kreativitas pengajar masing-masing.

Seperti yang telah disampaikan oleh pemateri bahwa matematika pada dasarnya adalah kumpulan kesepakatan-kesepakatan yang dipatuhi. Matematika mengajarkan kepatuhan seseorang terhadap kesepakatan/aturan. Apabila seseorang tidak mematuhi kesepakatan tersebut maka akan terjadi mathematical errors. Jadi, matematika dapat mengasah dan membentuk karakter sesorang agar tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Jika, pembelajar matematika tersebut adalah seorang muslim maka secara tidak langsung akan tertanam jiwa patuh yang sama dalam menaati ajaran Islam/pertintah Allah SWT. Tidaklah berlebihan jika matematika dipandang mampu menjadi sarana berlatih untuk patuh dan tunduk pada aturan. Hal tersebut sejalan dengan ayat-ayat dalam Al Quran dan Hadits seperti surat An Nisa: 59, “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan Ulil Amri di antara kamu”. Sementara itu, ada pula Hadits terkait yang menyebutkan “Taat itu hanyalah pada kebaikan” (HR. Muslim).

Beberapa pertanyaan terkait tema dilontarkan oleh para peserta. Dengan format diskusi setiap pertanyaan dapat dijawab dengan baik sebagai bahan kontemplasi. Seusai berdiskusi dengan peserta, acara yang menarik ini ditutup oleh pemantik dengan harapan semoga kajian kali ini dapat memberikan sebuah gambaran dalam menanamkan karakter religius pada peserta didik atau mahasiswa melalui pembelajaran matematika. (Humas FST)