Kustomo, M.Sc
Allah SWT telah menciptakan Alam semesta dan seisinya tidaklah sia-sia untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan sebaik-baiknya (Q.S. Shad ayat 27). Alam menyediakan kebutuhan hidup mendasar bagi umat manusia. Selain menyediakan material, alam mampu menyerap limbah hasil ekstraksi dalam jumlah tertentu. Namun, semakin meningkatnya aktivitas manusia semakin meningkat pula kebutuhannya. Bila kebutuhan primer dan sekunder seperti sandang, pangan dan papan, telah terpenuhi maka kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan tersier atau gaya hidup (lifestyle), seperti alat transportasi. Kebutuhan akan alat transportasi menjadi semakin penting, sehingga kebutuhan akan energi untuk mobilitas juga semakin tinggi. Dengan semakin terbukanya akses memiliki kendaraan (mobil/motor), ketergantungan akan bahan bakar fosil pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui seberapa besar jejak ekologis yang kita tinggalkan melalui aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
Analisis jejak ekologis adalah salah satu alat perencanaan dalam pembangunan berkelanjutan. Konsep ini tidak hanya untuk menilai aktivitas manusia dalam kaitannya dengan keberlanjutan tetapi juga efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan para pembuat keputusan untuk mengelola sumber daya alam secara lebih baik dan komprehensif.
Dalam penelitian ini, diambil beberapa sampel dari mahasiswa kimia Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, untuk mengisi kuesioner dalam aplikasi greencred.me yang digambarkan dalam alur penelitian berikut ini.
Gambar 1. Skema Analisis Jejak Ekologi pada mahasiswa kimia UIN Walisongo
Menurut UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 7 dan 8 menyatakan bahwa daya dukung lingkungan hidup didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Gambar 2. Skema Daya Dukung Lingkungan Hidup untuk Pembangunan Berkelanjutan
Biokapasitas merupakan langkah awal untuk menentukan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, sehingga faktor yang diukur adalah berapa besar sumberdaya dalam satuan lahan bioproduktif yang digunakan untuk menghasilkan atau memproduksi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh sejumlah populasi tertentu dan untuk menyerap atau mengasimilasi limbah yang dihasilkan menggunakan teknologi yang umum (Chambers et al.,, 2000 dalam Septiarani, 2010). Satuan yang biasa digunakan adalah hektar dan dapat dihitung menurut individu, komunitas, perdesaan, perkotaan, provinsi, negara bahkan populasi global secara keseluruhan. Ecological Footprint juga dapat menghitung konsumsi suatu organisasi, aktivitas manusia tertentu atau barang dan jasa tertentu (Rees dan Wackernagel, 1996).
GreenCred Pte Ltd (GreenCred) adalah sebuah website agensi pemasaran dengan kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, dan melaksanakan kampanye lingkungan dan proyek pemasaran terpadu secara efektif dengan kompetensi inti para ahli. Greencred menyediakan layanan test Ecological Footprint secara valid untuk menghitung nilai EF seseorang dengan menjawab beberapa pertanyaan yang telah di sediakan oleh website Greencred. Beberapa pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut antara lain mengenai kebutuhan seseorang yang biasa diperlukan sehari-hari seperti tempat tinggal, pakaian, makanan, dan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan terkait mobilitas pekerjaan, aktivitas, transportasi yang digunakan, serta alat teknologi yang digunakan seseorang.
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa nilai EF terendah adalah 0,78 gha dan nilai EF tertinggi 4,69 gha. Dengan demikian, dapat dihitung rata-rata nilai Ecological Footprint (EF) dari mahasiswa kimia UIN Walisongo adalah sebesar 2,02 gha. Artinya sumbangan daya dukung lingkungan (DDL) yang terdapat di sekitar kampus UIN Walisongo Semarang sudah terlampaui melebihi kapasitas yang tersedia. Jika di analogikan lebih jauh, kita setidaknya memerlukan 2 buah planet bumi untuk mendukung perikehidupan mahasiswa kimia dengan gaya hidup yang sekarang. Penelitian ini secara khusus hanya mengambil sampel dari mahasiswa program studi kimia, jika di perluas secara umum kepada mahasiswa UIN Walisongo Semarang, maka hipotesisnya kemungkinan akan memperoleh nilai EF yang tidak akan jauh berbeda dari nilai EF yang telah diperoleh pada penelitian ini.
Analisis Jejak Ekologi (Ecological Footprint) sangat bermanfaat sebagai indikator pembangunan berkelanjutan. Dengan mengetahui total konsumsi sumber daya yang dibutuhkan serta hasil buangan (emisi) yang dikeluarkan, dapat memberi pemahaman yang jelas, betapa biokapasitas bumi ini semakin tertekan. Hasil perhitungan EF konsumsi dan Biokapasitas mahasiswa kimia UIN Walisongo Semarang menunjukkan suatu kondisi dimana jejak ekologisnya telah mengalami defisit. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengendalian agar ketergantungan terhadap biokapasitas tersebut dapat diminimalisir. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah penerapan regulasi yang mampu mengubah pola konsumsi mahasiswa dan masyarakat di sekitar UIN Walisongo dan menciptakan metabolisme pemanfaatan sumberdaya alam yang lebih bersifat sirkular daripada linier. Untuk mencapai hal ini diperlukan kerjasama yang baik antar pemangku kepentingan di wilayah regional, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan mahasiswa dan masyarakat di sekitar UIN Walisongo Semarang.
very good n inspiring article mas Kustomo!
ismail/ Dekan FST