Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat (amrun khoriqun Lil-‘adah) atas iradah Allah SWT yang dianugerahkan kepada kekasih pilihan-Nya, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Orang mukmin wajib mempercayai peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini dengan matahati (bashirah), ia bersifat transendental Ilahiyyah.
Berikut ini kajian tafsir Al-Qur’an Surat An-Najm untuk meneguhkan hati setiap mukmin.

Hidayah Al-Qur’an surah An-Najm ayat 1-10

وَالنَّجْمِ اِذَا هَوٰىۙ

Demi bintang ketika terbenam.

TAFSIR TAHLILI
(1) Allah SWT menerangkan bahwa Ia bersumpah dengan makhluk-Nya yang besar yakni bintang yang beredar pada porosnya, sehingga tidak saling berbenturan satu dengan yang lainnya. Bintang-bintang itu merupakan petunjuk bagi manusia dalam hutan dan di padang pasir, di tempat kediaman dan dalam perjalanan, di kampung dan di kota, dan juga di lautan, bintang-bintang itu besar sekali faedahnya bagi kehidupan manusia.
Allah swt mengarahkan sumpah-Nya kepada kaum musyrikin agar mengetahui betapa banyak manfaatnya bintang-bintang bagi mereka. Antara lain untuk mengetahui perubahan musim agar mereka bersiap-siap untuk menggembalakan ternak mereka, kemudian setelah turun hujan mereka dapat menanam tanaman yang sesuai dengan musimnya.
Sumpah Allah tersebut mengingatkan manusia bahwa di sana ada benda-benda yang perkasa di ruang angkasa yang harus mereka ketahui, agar mereka dapat meyakini besarnya sumber kekuasaan Allah dan indahnya ciptaan-Nya.
Ilmu pengetahuan modern telah menerangkan bahwa di angkasa raya ada keajaiban yang dapat dilihat dari cepatnya peredaran dan bentuknya yang besar.
Alam matahari terdiri dari matahari dan 9 buah planet yang kebanyakan dikelilingi oleh beberapa buah bulan. Matahari itu dalam alamnya adalah sebagian daripada alam angkasa. Di alam angkasa ada sekitar 30.000.000.000 (tigapuluh miliar) bintang. Setiap bintang adalah sebagai matahari seperti mataharinya manusia di bumi ini. Ada yang lebih besar dan ada pula yang lebih kecil daripadanya. Umur matahari adalah sekitar lima milyar tahun, umur bumi sekitar 2.000 juta tahun. Umur air di atas bumi sekitar 300 juta tahun. Dan umur manusia sekitar 300.000 tahun.
Dan alam semesta itu mempunyai penjaga (hanya Allah-lah yang mengetahuinya). Dan tidak seorang pun yang mengetahui bala tentara Tuhan kecuali Dia.
Al-‘Amasy dari Mujahid mengatakan bahwa ayat ini merujuk pada Al-Qur’an ketika diturunkan seperti dalam firman-Nya:

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ ٧٥ وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ ٧٦ اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ ٧٧ فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ ٧٨ لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩ تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٨٠

Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauhul Maufudz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. (al-Waqi‘ah/56: 75-80)

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوٰىۚ

kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru.

TAFSIR TAHLILI
(2) Allah menerangkan bahwa kawan mereka itu (Muhammad) adalah benar-benar seorang nabi. Dia tidak pernah menyimpang dari jalan yang benar dan juga tidak pernah melakukan kebatilan.
Pada kenyataannya Rasulullah saw adalah seorang rasul yang diberi petunjuk oleh Allah, dia mengikuti kebenaran. Dia bukan seorang yang menyesatkan (dan ia tidak berjalan pada jalan yang ia sendiri tidak mengetahuinya). Dia bukan seorang yang sesat yang berpaling dari kebenaran dengan suatu tujuan tertentu. Keadaan beliau yang seperti itu, bukan saja setelah beliau diangkat menjadi rasul, tetapi juga sebelumnya. Oleh sebab itulah Allah memberikan kepadanya petunjuk dan syariat untuk memberikan sinar terang kepada orang-orang yang sesat baik Yahudi maupun Nasrani yang sebenarnya mereka mengetahui kebenaran itu, tetapi tidak mengamalkannya.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى

dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya.

TAFSIR TAHLILI
(3) Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa Muhammad saw itu tidak sesat dan tidak keliru karena beliau seorang yang tidak pernah menuruti hawa nafsunya termasuk dalam perkataannya. Orang yang mungkin keliru atau tersesat ialah orang yang menuruti hawa nafsunya. Sebagaimana firman Allah:

وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ

Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. (Shad/38: 26)

اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

TAFSIR TAHLILI
(4) Dalam ayat ini, Allah menguatkan ayat sebelumnya, yakni bahwa Muhammad saw hanyalah mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan kepada manusia secara sempurna, tidak ditambah-tambah dan tidak pula dikurangi menurut apa yang diwahyukan kepadanya.
‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash menulis setiap apa yang ia dengar dari Rasulullah saw, karena ia mau menghafalkannya. Tapi orang-orang Quraisy melarangnya. Mereka mengatakan mengapa ia menulis setiap perkataan Muhammad saw, sedangkan Muhammad itu adalah manusia biasa yang berkata dalam keadaan marah. Maka berhentilah Abdullah bin Umar menulis. Kemudian ia mendatangi Rasulullah saw, dan memberitahukan perihalnya itu. Maka bersabdalah Rasulullah saw:

أُكْتُبْ فَوَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّيْ اِﻻَّ الْحَقُّ. (رواه أحمد وأبوداود)

“Tulislah demi Zat yang menguasai diriku, tidak ada yang keluar dari perkataanku kecuali kebenaran.” (Riwayat Ahmad dan Abµ Dawud); Al-Hafidz, Abu Bakar al-Bazzar menyebutkan riwayat Abu Hurairah bahwasanya Nabi Muhammad saw bersabda:

مَا أَخْبَرْتُكُمْ اَنَّهُ مِنْ عِنْدِ اللهِ فَهُوَ الَّّذِي لاَ شَكَّ فِيْهِ. (رواه ابن حبان والبزار)

“Sesuatu yang aku kabarkan kepadamu bahwa ia dari Allah swt, maka tidak ada keraguan padanya.” (Riwayat Ibnu Hibban dan al-Bazzar); Dari Yunus, Lais, Muhammad bin Said bin Abu Said, dari Abu Hurairah mereka berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَاَقُوْلُ إِﻻَّحَقًّا. (رواه أحمد والبزار)

“Tidaklah aku berkata kecuali yang benar.” (Riwayat Ahmad dan al-Bazzar).

عَلَّمَهٗ شَدِيْدُ الْقُوٰىۙ

yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

TAFSIR TAHLILI
(5) Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa Muhammad saw (kawan mereka itu) diajari oleh Jibril. Jibril itu sangat kuat, baik ilmunya maupun amalnya. Dalam firman Allah dijelaskan:

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ ١٩ ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍۙ ٢٠ مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ ٢١

Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy, yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya. (at-Takwir/81: 19-21) ; Kemudian Muhammad saw mempelajarinya dan mengamalkannya. Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Muhamamd saw itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongen (legenda-legenda) orang-orang dahulu.
Dari sini jelas bahwa Muhammad saw itu bukan diajari oleh seorang manusia, tapi ia diajari oleh malaikat Jibril yang sangat kuat.

ذُوْ مِرَّةٍۗ فَاسْتَوٰىۙ

yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).

TAFSIR TAHLILI
(6) Allah SWT menerangkan dalam ayat ini, bahwa Jibril itu mem-punyai kekuatan yang luar biasa. Seperti dalam riwayat bahwa ia pernah membalikkan perkampungan Nabi Luth kemudian mereka diangkat ke langit lalu dijatuhkan ke bumi. Ia pernah menghembus kaum Tsamud hingga berterbangan. Dan apabila ia turun ke bumi hanya dibutuhkan waktu sekejap mata. Lagi pula ia dapat berubah bentuk menjadi seperti manusia.
QS. An-Najm ayat 7-9

وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ

Sedang dia berada di ufuk yang tinggi.

ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ

Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat

فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ

sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi).

TAFSIR TAHLILI
(7-9) Setelah itu Muhammad saw melihat Jibril di tempat yang tinggi. Kemudian Jibril memenuhi angkasa itu, lalu mendekati Muhammad saw dan Jibril semakin mendekat lagi kepada Muhammad saw hingga jaraknya kira-kira hampir dua ujung busur panah lagi atau lebih dekat lagi.
Al-Qur’an surah An-Najm ayat 10

فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ

Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah.

TAFSIR TAHLILI
(10) Selanjutnya diterangkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw sudah berdekatan benar dengan Jibril, Jibril menyampaikan wahyu Allah mengenai persoalan-persoalan agama.

والله المستعان واعلم

———-
I’dad: Ismail SM
Sumber: Tafsir Al-Qur’an Kemenag RI.