Semarang – Sabtu (23/8/2019) Ratusan relawan lingkungan dari  Psikologi  Undip, HMJ Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo kolaborasi internasional bersama  relawan dari Seinan University  yang berjumlah 10 orang dan satu orang dari  Nice NGO Japan sebagai pemimpinnya bernama Zaya. Mereka melakukan kegitan tanam 5000 bibit mangrove dari jenis Rhizopora dan pungut sampah dipantai pesisir  Mangunharjo Mangkang Wetan Kecamatan Tugu kota Semarang bersama relawan lokal dan  masyarakat setempat juga 2 Dosen pembimbing UIN  Walisongo.

“Kami dari Jepang akan tinggal di Mangunharjo selama 10 hari dari 20-30 Agustus 2019″, jelas Riyan Ketua IIWC.

Sebelum acara, mereka saling berkenalan untuk mengasah bahasa inggrisnya masing –masing. Ternyata salah satu mahasiswa semester 3 dari UIN Walisongo asal dari Kalimantan cakap memimpin teman temannya untuk langsung berkomunikasi bahasa Inggris dengan teman –teman dari Jepang.  Mereka adalah mahasiswa dari berbagai jurusan, ada dari management, ada juga dari jurusan bahasa inggris rela melakukan kegiatan kepedulian lingkungan di Indonesia yang tujuannya adalah membantu menanam mangrove untuk mengatasi abrasi pantai  dan garbage untuk kebersihan lingkungan  dari sampah.

“ Bagaimana pengelolaan sampah di Jepang?” tanya Qonita dari  UIN Walisongo.

“Pengelolaan sampah di tempat kami , kami dididik sejak kecil usia dini diajarkan bagaimana mengelola sampahnya sendiri” tegas Yurika.

Jadi di Negara kami Jepang sudah terbentuk sejak usia dini dan tidak ada orang membuang sampah sembarangan seperti di Sungai selokan atau ditempat lain. Sehingga sungai jernih di Jepang tidak kotor seperti sungai disini, berwarna dan berbau hal itu berarti rendahnya kualitas air di sungai sini yang berdampak pada biota didalamnya dan masyarakat sekitar pengguna sungai. Air adalah sumber kehidupan,adapun berwarna, berbau karena ada sesuatu yang masuk didalamnya yaitu sampah/ limbah. Bagaimana cara membersihkan sungai, itu dapat dilaksanakan apabila ada kesadaran bersama untuk kepedulian terhadap lingkungan. Contoh sungai  ini, namanya sungai Bringin yang panjangnya 29 km dengan lebar rata rata 6 meter  dapat menjadi tempat wisata air asal dari hulu sampai hilir dibuat komitmen bersama bahwa sungai bukan tempat pembuangan sampah terakhir. Dan perlu ditindak lanjuti dengan peraturan desa atau daerah bahwa barangsiapa melanggar ada hukumannya yang semua itu harus menjadi kesepakatan dengan  musyawarah dan mufakat dari beberapa elemen yang terlibat bersama pemerintah  membuat peraturan yang disepati bersama  tentang pengelolaan sampah dan program sungai bersih.

Sebagai catatan bahwa  walaupun dengan biaya mandiri, mereka rela datang kesini melakukan kegitan kepedulian terhadap lingkungan. Karena mereka  memahami  soal lingkungan itu tidak terbatas oleh wilayah suatu Negara.  Jadi mereka datang dengan biaya transport sendiri, sedangkan selama tinggal dan makan disini selama 10 hari di support oleh IIWC ( Indonesia International Work Camp) dan PKBI ( Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Sebaliknya jika ada relawan kita dari Indonesia akan melakukan kegitan serupa misal di Jepang atau di Eropa NGO dari luar itu  akan memfasilitasi selama tinggal dan makan disana akan ditanggung NGO wialayah mereka. Dalam waktu dekat IIWC dari PKBI akan memberangkatkan relawan ke Perancis. Bagi yang berminat silahkan kunjungi web IIWC dan PKBI Semarang yang alamat kantornya di Jl. Jimbawan sebelah barat Kerkop atau liburan Belanda di Kalibanteng Semarang. (Lianah)