Karanganyar – Dalam rangka meningkatkan kapasitas Kepemimpinan, khususnya dalam bidang Pengelolaan Jurusan di Fakultas Sains dan Teknologi, Delapan belas Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Fakultas Saintek ikuti kegiatan capacity building pimpinan tahap II di Karanganyar, Ahad (6/10/2019)

Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag ini dilaksanakan selama tiga hari, 6-8 Oktober 2019. Melalui Kegiatan ini diharapkan para pimpinan jurusan di Fakultas Sains dan Teknologi dapat meningkatkan kinerja lebih optimal lagi sehingga mampu menjalankan semua tugas pokok dan fungsinya, yaitu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat luas, khususnya kepada para mahasiswa dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kegiatan tersebut turut mengundang  Rektor Universitas Negeri Semarang Prof Dr Fathur Rokhman, M.Hum. Dalam pemaparannya Prof Fathur membahas mengenai peran pimpinan perguruan tinggi dalam era disrupsi. Dalam era disrupsi, pola pendidikan harus dibuat sesuai dengan konteks jaman terkini, yaitu perlu cara-cara yang beragam, termasuk dalam hal tersebut membedakan antara pendidikan kelas modern dan pendidikan kelas tradisional.

Rektor Unnes yang juga penggagas konsep “kepemimpinan bertumbuh” itu menenkankan, bahwa tantangan dalam era disrupsi dan revolusi industri 4.0 ini Dosen perlu melakukan penyesuain-penyeusian dalam mengelola Kelas.

“Dosen baik kadangkala tidak masuk kelas, Separuh gak ngajar tidak apa-apa, tapi mahasiswa tetap bisa belajar lewat YouTube. Itu revolusi 4.0,” ujarnya menyikapi tantangan era disrupsi.

Prof Fathur menambahkan bahwa kepercayaan (trust) menjadi suatu yang penting di era disrupsi. Seorang dosen maupun pegawai harus loyal kepada kebijakan institusi. Kalau. “Loyalitas pada institusi harus tegak lurus sesuai dengan visi misi institusi” Ujarnya.

Selain pembangunan kepercayaan, hal penting lainnya yaitu reputasi. Seorang yang berprestasi reputasinya perlu dibangun sehingga berdampak baik terhadap reputasi kampus. “Rektor dipuji karena ada dosen atau mahasiswanya berprestasi internasional. Yang prestasi diajak, dipromosikan, itu akan mendongkrak reputasi kampus,” tambahnya.

Di akhir pemaparan, Prof Fathur mengatakan, bahwa kepemimpinan bertumbuh adalah kesadaran, komitmen, kompetensi menumbuhkan panggilan kepemimpinan dengan visi besar perubahan.

Kampus Ramah Perempuan

Selain materi mengenai kepemipinan dalam era disrupsi oleh Prof Fathur, Para Kajur dan Sekjur FST UIN Walisongo juga dibekali pemahaman mengenai konsep kampus Ramah Perempuan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rektor UIN Walisongo Semarang dalam kesempatan tersebut bahwa 58-6o Persen Warga UIN Walisongo merupakan perempuan, maka kebijakan yang ada harus lebih baik, berkeadilan dan berkesinambungan.

Dr. Faqihudin Abdul Qadir menjadi narasumber pada tema yang membahas mengenai kampus ramah perempuan tersebut, dalam paparannya pendiri Fahmina Institute ini menjelaslan mengenain kosnep Mubadalah yang menjunjung tinggi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Sebagai institusi keagamaan negeri UIN Walisongo diharapkan menjadi model kampus ramah perempuan, “UIN Walisongo harus Ramah Perempuan” Kata Dr. Faqih.

Pimpinan dan pengelola diminta untuk menyamakan persepi guna pengelolaan dan pengembangan UIN Walisongo yang adaptif terhadap era Disrupsi dan upaya implemnatasi kampus ramah perempuan.

Humas FST UIN Walisongo